Austin Loves Indonesia!

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket



Sabtu 2 minggu lalu (17 November 2007), Cathedral St. Mary di Austin, Texas tampak begitu meriah. Sejumlah muda mudi tampak sibuk menata bangku dan meja. Sebagian lainnya sibuk menata panggung sederhana dengan sound system. Sebagian lagi sibuk membuat dekorasi dan kostum. Ada apa gerangan?
Vidia Paramita, salah satu panitia menjelaskan bahwa ini adalah bazaar yang diadakan oleh ICC (Indonesian Catholic Community) Austin. Bagi yang belum tahu, ICC adalah wadah atau perkumpulan keluarga Katolik Indonesia di Austin, Texas. Sebagian anggota ICC -yang September lalu merayakan 5 tahun eksistensinya- adalah para mahasiswa di berbagai universitas di Austin, Texas.
Ide penyelenggaraan bazaar ini datang dari Aldo Sunaryo, sang ketua ICC. Dan setelah mendengar masukan-masukan dari anggota, akhirnya diputuskan bahwa pendapatan dari bazaar ini akan disalurkan ke pendidikan pra-sekolah di daerah Gunung Kidul, Jogjakarta. Imaculata, yang bertanggungjawab atas penyaluran dana, mengutarakan kesulitan yang dihadapi para guru di daerah terpencil sekitar Gunung Kidul. Lokasi yang sulit dijangkau dan kondisi sosial ekonomi penduduk sekitar yang umumnya adalah petani miskin menyebabkan para guru ini tidak mampu meningkatkan kualitas edukasinya.
Penghasilan guru-guru ini biasanya sekitar 200 ribu rupiah, tetapi terkadang tidak mendapatkan sampai 50% nya karena siswa siswa sekolahnya yang tidak mampu untuk membayar uang sekolah, ditambah dengan fakta bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan subsidi untuk pendidikan pra-SD karena tidak dianggap “essensial”. Suatu anggapan yang salah, karena sudah terbukti dalam berbagai penelitian bahwa usia manusia yang paling berpotensi adalah dari 0 hinggga sekitar 5 tahun, dibawah usia SD.

Yang membuat kita bangga sekaligus terharu, meskipun minim fasilitas, guru-guru ini tetap memiliki dedikasi tinggi untuk mendidik para siswa. Mereka berkeyakinan dengan pendidikan dasar yang cukup, meski tidak bisa dibilang memadai, akan bisa mengentaskan generasi muda ini dari kemiskinan.
Ide ini kemudian digodog di komite ICC dan hasilnya, mereka sepakat untuk mengadakan bazaar sebagai cara penggalian dana.

Vidia mengatakan target yang ingin dicapai adalah $1,000 (sekitar Rp. 10.000.000). Dana ini akan digunakan untuk pemberdayaan para guru. “Bila dana yang tergalang lebih dari $1000, maka lebihnya akan kami donasikan sebagai beasiswa bagi siswa siswa yang ada disana. Seberapa besar per anak dan keputusan lainnya akan kami ambil dan komunikasikan setelah mengetahui berapa jumlah uang yang terkumpul.”, demikian Vidia mengatakan.

Dan ternyata bazaar berlangsung sukses dan menghebohkan. Dana yang terkumpul jauh melampaui harapan para panitia ICC. Hal ini tidak lepas dari partisipasi aktif organisasi-organisasi Indonesia lain, seperti Permias, Austin Cell, Keong Mas, IFGF, ICF, dan masih banyak lagi. Salah satu bentuk partisipasi mereka adalah dengan membuka stand di bazaar ini. Pengunjung yang datang pun benar-benar menikmati suguhan kesenian tari daerah, musik dan seni bela diri. Mereka seakan bernostalgia menikmati lezatnya berbagai makanan dan minuman tradisional khas Indonesia. “Kami sekeluarga datang kesini dan kerinduan kami akan kampung halaman terobati.”, demikian kata Widodo, salah satu pengunjung yang datang bersama istri dan anaknya.
Bazaar ditutup dengan tarian Poco-Poco yang diikuti oleh seluruh panitia dan sebagian pengunjung. Sebuah hasil karya para muda yang patut diacungi jempol. Seuntai kasih dari Austin untuk saudara-saudara kita yang kurang mampu di tanah air Indonesia. Salut untuk ICC Austin!
(Berita ini telah ditayangkan sebagai berita utama/headline di Harian Online Kabar Indonesia, tanggal 1 Desember 2007 dengan judul "Austin Cinta Indonesia". Silakan klik link berikut http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&dn=20071129215452)

0 comments: