Berita "Austin Cinta Indonesia" Terpilih Sebagai "Weekly Top Views"!!


KabarIndonesia


Baru pulang kerja, aku istirahat sementara suami bikin quesadillas (tortilla yang diisi chili, acar, dan keju..yummmmy..). Lalu kutemukan email dari Koran online Kabar Indonesia yang sebagian isinya aku copy dibawah ini. I'm so happy and I want to share it with ya'll my best friends. Thanks yah, teman-temanku yang baik budi ini telah rela meluangkan waktu buat baca artikel yang kutulis. Aku akan coba untuk lebih rajin lagi nulis. Kritik dan masukan-masukan kalian aku tunggu loh..!
Again, thanks and keep check our blog out.

Yth. Sdr. Maria Coleman

Dengan ini kami atas nama seluruh staf redaksi KabarIndonesia ingin mengucapkan selamat kepada Sdr. Maria, karena artikel anda berjudul “Austin Cinta Indonesia” telah terpilih sebagai artikel yang banyak dikunjungi oleh para pembaca KabarIndonesia.

Berdasarkan hasil statistik data para pengunjung ternyata artikel yang anda tulis banyak dibaca oleh para pengunjung, sehingga layak untuk dinobatkan sebagai “Weekly Top Views”. Ternyata artikel anda ini telah menjadi satu artikel yang luar biasa. Disenangi oleh banyak para pembaca KabarIndonesia.

Pengumuman “Weekly Top Views” ini telah kami tayangkan di halaman utama
http://www.kabarindonesia.com/. Redaksi KabarIndonesia juga telah membuatkan Blog khusus sebagai arsip untuk seluruh berita-berita yang telah menjadi Weekly Top View sepanjang tahun. Silahkan kunjungi: http://koran-kabarindonesia.blogspot.com/

Keberhasilan Sdr. Maria adalah keberhasilan kami juga sesuai dengan motto KabarIndonesia: Dari Kita untuk Kita – karena KabarIndonesia ini telah menjadi milik kita bersama.

Life Without Limbs

Sebelum memulai tulisan ini, aku ingin berterimakasih kepada Esther yang telah berkali-kali menyebut Nick dalam email-emailnya di mailing list Arisan kita. Esther ini bisa dibilang salah satu fans berat Nick. Terbukti dari rajinnya dia mengikuti seminar-seminar Nick setiap kali dia hadir di Surabaya.
Mulanya nama Nick ini begitu asing di telingaku. Lalu aku mulai surf the web dan menemukan fakta bahwa begitu kita ketik Nick Vujicic akan muncul bejibun website tentang dirinya. Makin tertarik aku setelah melihat salah satu videonya di YouTube.
Berikut ini juga aku sertakan 2 video klip buat kalian yang belum mengenal Nick Vujicic. Video pertama menampilkan keseharian Nick di rumahnya di Brisbane, Australia. Video kedua diambil dari salah satu seminar Nick.
Bila kalian ingin tahu lebih jauh tentang kiprah Nick, silakan klik link resminya ini http://www.lifewithoutlimbs.org/policy-privacy.php



Satu hal yang patut dicatat dari setiap seminar dimana Nick menjadi pembicara utama, adalah dia tidak pernah merasa canggung. Nick memiliki talenta untuk menguasai audiensnya. Dia bahkan sering membuat gelak tawa hadirin dan membuat lelucon dari keadaan dirinya yang 'tak lengkap' itu. Bahkan - ini seperti yang digambarkan Esther - banyak gadis yang seakan 'terbius' dan langsung menyerbu Nick selepas acara untuk sekedar memeluk, mencium, dan meminta autografnya. Nick sungguh seorang selebriti! Bedanya, selebriti yang satu ini selalu tampil tanpa apa adanya, tanpa polesan make up, dan dengan segala kekurangan fisiknya, jujur bertutur.
"Orang selalu berkata keadaan yang saya alami ini sebagai 'bad luck', suatu kecelakaan," kata Nick,"Tapi saya katakan disini, Tuhan tidak pernah membuat sesuatu tanpa rencana. No matter who you are, no matter what you're going thru, Gos is with you, He'll pull you through." Nick kemudian menambahkan,"There is not one suffering you go through and not see glory revealed. There will be some good, if you hang on."



Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi kita untuk tidak mudah patah semangat bila menghadapi persoalan hidup. Karena Tuhan telah merencanakan semuanya bagi kita. Tinggal kita diminta untuk berjuang, menjadi pribadi yang tabah dan ulet. Seperti Nick Vujinick dan Ben Underwood.
God bless you all!

Christmas Shoes...



When I was driving and listening to my favorite radio "Majic 95.5" that plays Christmas songs 24/7 non-stop since the day after thanksgiving, I heard this beautiful-but-sad song. Sung by Carlysle Bob, it brought me tears like river, and I had to drive real slow 'cause my eyesight became 10-10 hiks...
Once I heard the second part, it struck me like a hammer hit my chest. I remembered my deceased mom and even when I'm writing this my eyes are blurred with tears. I feel like I did not do much for her when she was still around us. I remember the troubles I made when I was a kid and mom was always the one who fixed them. I remember how she always look 'alright' even though I know -somehow- deep inside she was hurt and in so much pain.
Let us remember our mother and always bring them to our prayers. Happy Holiday!
(I uploaded "Christmas Shoes" in the song list on the side bar so you can also listen to it. Just click on the song title and it'll play for you. Enjoy!)

It was almost Christmas time
There I stood in another line
Trying to buy that last gift or two
I'm really in the Christmas mood
Standing right in front of me
Was a little boy waiting anxiously
Pacing around like little boys do
And in his hands he held
A pair of shoes

And his clothes were worn and old
He was dirty from head to toe
And when it came his time to pay
I couldn't believe what I heard him say

Sir I wanna buy these shoes for my Momma please
It's Christmas Eve and these shoes are just her size
Could you hurry Sir?
Daddy says there's not much time
You see, she's been sick for quite a while
And I know these shoes will make her smile
And I want her to look beautiful
If Momma meets Jesus, tonight.

They counted pennies for what seem like years
And cashier says son there's not enough here
He searches is pockets franticly
And he turned and he looked at me
And he said Momma made Christmas good at our house
Most years she just did without
Tell me Sir
What am I gonna do?
Some how I’ve got to buy her these Christmas shoes

So I layed the money down
I just had to help him out
And I'll never forget
The look on his face
When he said Momma's gonna look so great.

Sir I wanna buy these shoes, for my Momma please
It's Christmas Eve and these shoes are just her size
Could you hurry Sir?
Daddy says there's not much time
You see, she's been sick for quite a while
And I know these shoes will make her smile
And I want her to look beautiful,
If Momma meets Jesus tonight.

I knew I caught a glimpse of heavens love as he thanked me and ran out.
I know that God had sent that little boy to remind me
What Christmas is all about

Sir I wanna buy these shoes for my Momma please
It's Christmas Eve and these shoes are just her size
Could you hurry Sir?
Daddy says there's not much time
You see she's been sick for quite a while
And I know these shoes will make her smile
And I want her to look beautiful
If Momma meets Jesus tonight

I want her to look beautiful
If Momma meets Jesus tonight

Bocah Yang Melihat Dengan Suara


Bagi orang-orang yang belum mengenal baik Ben Underwood, mereka tidak akan bisa melihat ‘keistimewaan’ bocah 14 tahun dari Sacramento, California ini. Seperti layaknya remaja lainnya, dia lihai meluncur diatas skateboardnya, bersepeda, atau bermain sepak bola dan basket dengan teman-temannya. Satu yang membedakan adalah suara ‘klik-klik’ yang keluar dari mulutnya.
Ben baru berusia 2 tahun saat dokter menemukan kanker di kedua retina matanya. Setelah kemoterapi gagal, dokter terpaksa harus membuang kedua bola matanya. Sejak itu Ben menggunakan mata buatan. Ben mulai belajar untuk mengenali dan melokalisasi obyek dengan cara membuat suara dengan lidahnya (mirip suara jentikan jari), lalu mendengarkan gema yang dipantulkan dari obyek-obyek sekitarnya. Gema ini memandu Ben untuk mengenali obyek yang ada didepannya: gema yang lembut mengindikasikan benda metal, padat (seperti kayu), atau tajam (gelas). Menilai dari keras dan lemahnya gema itu, Ben juga belajar mengenali jarak.
Teknik ini disebut ‘echolocation’, dan banyak spesies, seperti kelelawar dan lumba-lumba, yang menggunakan teknik ini untuk bernavigasi. Bedanya, karena manusia hanya mampu menghasilkan suara dalam tempo lebih lambat dan frekuensi yang lebih rendah daripada hewan, manusia hanya mampu mengenali obyek-obyek yang lebih besar. Namun, tetap saja kemampuan navigasi Ben ini dinilai luar biasa. “Kemampuan Ben ini sungguh langka dan melampaui persepsi manusia,” kata Daniel Kish, psikolog dan pengajar ‘echomobility’ yang juga mengalami buta total sejak usia 2 tahun.
Satu hal penting yang membuat Ben mampu berkembang tanpa batas adalah peran ibunya, Aquanetta Gordon, yang tidak membedakan perlakuan diantara anak-anaknya. “Saya selalu bilang padanya, ‘Namamu adalah Benjamin Underwood, dan kamu bisa melakukan apa saja,’”demikian kata ibu 4 orang anak ini. “Dia bisa belajar menerbangkan pesawat kalau dia mau,” lanjutnya lagi.
Ben bermain basket bersama teman-temannya, berkuda, atau berdansa dengan gadis-gadis di sekolah. Dia mahir bermain PlayStation dengan cara mengingat suara yang dihasilkan oleh masing-masing karakter dan gerakan-gerakannya. “Orang selalu bertanya apakah saya kesepian,” kata Ben,”Tidak. Karena selalu ada orang disekitar saya, atau saya ngobrol dengan teman di telepon. Menjadi buta tidak jauh berbeda dengan orang normal.”
Aquanetta mengirim Ben ke sekolah biasa dimana staf pengajar profesional memberikan perhatian khusus padanya. Ben mulai belajar huruf Braille dan menggunakan tongkat. Tapi sejak usia 3 tahun, dia sudah belajar ‘echolocation’, dengan cara mengenali suara dari obyek-obyek yang dijatuhkannya dan belajar menemukannya kembali dengan mengenali gema dari obyek-obyek tersebut. Indera pendengarannya sungguh luar biasa. Kalli Carvalho, guru seni bahasa Ben mengisahkan,”Suatu hari saya membawa Ben mencari mobil saya yang diparkir di seberang jalan. Saya bilang,’Mobil saya adalah yang ketiga dari deretan ini.’ Saat kami melewati kendaraan pertama Ben berkata,’Ini kendaraan pertama. Sebuah truk.’ Melewati kendaraan kedua Ben berkata lagi,’Dan yang kedua ini adalah sebuah pickup. Dia bisa menyatakan bedanya!”
Saat berusia 6 tahun, Ben memutuskan tidak mau lagi menggunakan tongkat. Ben memilih untuk menajamkan kemampuan ‘echolocation’ nya. Sebagian ahli yang bekerja pada kasus Ben ini mengatakan Ben terlalu memaksa dirinya dan terlalu ambil resiko. Sebagian lain justru melihat kemampuan Ben ini akan memudahkannya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan baru dan menaklukkan lingkungan barunya. James Ruben, dokter mata Ben berkata, “Dunia ini tidak akan berubah untuk Ben, dialah yang harus beradaptasi.”
Menjadi ‘pemberontak’ bukan berarti Ben tak punya rasa takut. “Satu hal yang paling saya takuti adalah air,” kata Ben. Juni lalu keluarganya membawanya ke Sea World di San Diego untuk bermain bersama lumba-lumba dan mendengar bagaimana lumba-lumba menggunakan ‘echolocation’. Dengan setengah badan terendam air dan Ben memasang telinganya saat Sandy, salah satu lumba-lumba datang mendekat. “Wow!”, serunya.”Klik-kliknya cepat sekali!” Bob McMains, supervisor program lumba-lumba berkata,”Ben memiliki talenta yang unik bersama lumba-lumba. Bila kelak dia berusia 18 tahun dia bisa bekerja disini, kapan saja.”
Dunia Ben Underwood mungkin saja gelap, tapi dia tak akan berhenti menemukan kejutan-kejutan menakjubkan lainnya. Kelak Ben bisa menjadi guru matematika, atau pemain skate board profesional, atau bahkan pilot. “Saya selalu katakan saya tidak buta,” kata Ben,”Saya hanya tidak bisa melihat.” (Kisah ini telah dimuat di Harian Online Kabar Indonesia edisi tanggal 3 Desember 2007. Silakan klik link berikut http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&dn=20071202232223)

Austin Loves Indonesia!

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket



Sabtu 2 minggu lalu (17 November 2007), Cathedral St. Mary di Austin, Texas tampak begitu meriah. Sejumlah muda mudi tampak sibuk menata bangku dan meja. Sebagian lainnya sibuk menata panggung sederhana dengan sound system. Sebagian lagi sibuk membuat dekorasi dan kostum. Ada apa gerangan?
Vidia Paramita, salah satu panitia menjelaskan bahwa ini adalah bazaar yang diadakan oleh ICC (Indonesian Catholic Community) Austin. Bagi yang belum tahu, ICC adalah wadah atau perkumpulan keluarga Katolik Indonesia di Austin, Texas. Sebagian anggota ICC -yang September lalu merayakan 5 tahun eksistensinya- adalah para mahasiswa di berbagai universitas di Austin, Texas.
Ide penyelenggaraan bazaar ini datang dari Aldo Sunaryo, sang ketua ICC. Dan setelah mendengar masukan-masukan dari anggota, akhirnya diputuskan bahwa pendapatan dari bazaar ini akan disalurkan ke pendidikan pra-sekolah di daerah Gunung Kidul, Jogjakarta. Imaculata, yang bertanggungjawab atas penyaluran dana, mengutarakan kesulitan yang dihadapi para guru di daerah terpencil sekitar Gunung Kidul. Lokasi yang sulit dijangkau dan kondisi sosial ekonomi penduduk sekitar yang umumnya adalah petani miskin menyebabkan para guru ini tidak mampu meningkatkan kualitas edukasinya.
Penghasilan guru-guru ini biasanya sekitar 200 ribu rupiah, tetapi terkadang tidak mendapatkan sampai 50% nya karena siswa siswa sekolahnya yang tidak mampu untuk membayar uang sekolah, ditambah dengan fakta bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan subsidi untuk pendidikan pra-SD karena tidak dianggap “essensial”. Suatu anggapan yang salah, karena sudah terbukti dalam berbagai penelitian bahwa usia manusia yang paling berpotensi adalah dari 0 hinggga sekitar 5 tahun, dibawah usia SD.

Yang membuat kita bangga sekaligus terharu, meskipun minim fasilitas, guru-guru ini tetap memiliki dedikasi tinggi untuk mendidik para siswa. Mereka berkeyakinan dengan pendidikan dasar yang cukup, meski tidak bisa dibilang memadai, akan bisa mengentaskan generasi muda ini dari kemiskinan.
Ide ini kemudian digodog di komite ICC dan hasilnya, mereka sepakat untuk mengadakan bazaar sebagai cara penggalian dana.

Vidia mengatakan target yang ingin dicapai adalah $1,000 (sekitar Rp. 10.000.000). Dana ini akan digunakan untuk pemberdayaan para guru. “Bila dana yang tergalang lebih dari $1000, maka lebihnya akan kami donasikan sebagai beasiswa bagi siswa siswa yang ada disana. Seberapa besar per anak dan keputusan lainnya akan kami ambil dan komunikasikan setelah mengetahui berapa jumlah uang yang terkumpul.”, demikian Vidia mengatakan.

Dan ternyata bazaar berlangsung sukses dan menghebohkan. Dana yang terkumpul jauh melampaui harapan para panitia ICC. Hal ini tidak lepas dari partisipasi aktif organisasi-organisasi Indonesia lain, seperti Permias, Austin Cell, Keong Mas, IFGF, ICF, dan masih banyak lagi. Salah satu bentuk partisipasi mereka adalah dengan membuka stand di bazaar ini. Pengunjung yang datang pun benar-benar menikmati suguhan kesenian tari daerah, musik dan seni bela diri. Mereka seakan bernostalgia menikmati lezatnya berbagai makanan dan minuman tradisional khas Indonesia. “Kami sekeluarga datang kesini dan kerinduan kami akan kampung halaman terobati.”, demikian kata Widodo, salah satu pengunjung yang datang bersama istri dan anaknya.
Bazaar ditutup dengan tarian Poco-Poco yang diikuti oleh seluruh panitia dan sebagian pengunjung. Sebuah hasil karya para muda yang patut diacungi jempol. Seuntai kasih dari Austin untuk saudara-saudara kita yang kurang mampu di tanah air Indonesia. Salut untuk ICC Austin!
(Berita ini telah ditayangkan sebagai berita utama/headline di Harian Online Kabar Indonesia, tanggal 1 Desember 2007 dengan judul "Austin Cinta Indonesia". Silakan klik link berikut http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&dn=20071129215452)

New Addition to Coleman Family!

Her name is Jasmine, just like Princess Jasmine from Alladin story. She was born on September 6th, 2007 along with the other 5 brothers and sisters. We adopted her from a family in Marble Falls, about 1.5 hour driving from our house. Our cute Jasmine has very good personalities, and pretty smart too!

On the first night in our house, one of our big dog, Blackdog, tried to attack her. It really shocked and scared her. Our other big dog, Whitedog, was fine with this new addition. Even though she still would not let Jasmine be too close to her. Especially, when Jasmine tries to 'examine' Whitedog's tail. Whitedog will give that weird-never-heard-before-voice. It sounds more like she sucks air in.

Jasmine is now getting along fine with our other dogs. She knows how to use the doggie door within only 1 hour! She learns to poo and pee on the papers in the kitchen. She will scratch our bedroom door if she wants to go poo. Well, sometimes she did have 'pee accidents'. But that is alright. She is just 10 weeks old. She now knows how to sit, off, and fetch. She understands the words, no, no bite, go, give, take. There were times when she got so excited after I came back from work and then she started to jump on me and bit me. She didn't mean it, though.

She loves to play fetch. But, sometimes when she got tired of playing she would not let her toy bone go. She grabbed it in her mouth 'till she fell asleep. You can see this in the pics below (she laid on her favorite pink towel). It was funny!
Everyone, enjoy the pics of Jasmine.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

First Rosary in Our House

I know it's late to post this story. But, like people says 'better late than never'. First, I really want to thank my best friend Lily Widodo (she's wearing white T-shirt next to me, in the picture bellow), who first introduced me to this "Indonesian Community" in Austin. I also want to thank Fransiskus Sani and Tena which through our chats they keep me updated about events and any info that is going on in this big Indonesian family.

After the first Indonesian Mass I attended last September, Lily and I keep in a good contact. She told me that ICC (Indonesian College Community, is more like Mudika in Indonesia, red.) would like to have rosary prayer every once in a week. First rosary would be at her house. Then Lily called me to see if I would like to have the second rosary in our house. Coincidentally, but I'd prefer to say it's God work, I have a day off of work that weekend. I told Loel and he was happy to hear that.

Few days before October 12, I called Lily to check on how many people we would expect to come. She said it'd probably about 12-20 no more than that. I planned to make huzzaren sallad, nasi goreng (fried rice), samosa (Indian snack), cendol (Indonesian traditional drinks), and lemper. Pretty good.

That Friday morning, Loel and I went shopping for all ingredients. He helped me chopped some veggies and cleaned up the house. I'm so proud of him! First guest to come was Ali. Then Lily and her family. She got lost a bit (thanks for my bad direction!), then called Loel for direction. Sorry Li!

Anyway, total people who came that night (including kids) were 25! Luckily, Inge and other person brought some meals also, even we didn't say it's a potluck meeting. So, everybody had enough to eat. Thank you Lord!
For everyone who could not be there, here are some fotos and love to share.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Help End World Hunger (While Increasing Your Vocab)

Hi gals!
Check out this cool website I found the other day. www.freerice.com
You can brainstorm your vocabulary and help end the world hunger. Sounds absurd?
Here is how it works. For every correct answer, you donate 10 grains of rice to the United Nation World Food Program. The more you got correct answer the more rice you donate to help people in hunger.

You may think 10 grains is a piddling amount. But the totals have grown exponentially. On Oct. 7, the day the site launched, 830 grains of rice were donated. Barely a bowlful. As of November 09, '07, the total has grown to 1,072,025,720, approx. 26,800 metric tones.

The site is the brainchild of John Breen, a 50-year-old computer programmer from Bloomington, Ind., who has tackled hunger online before, first with the Hunger Site and, earlier this year, with the launch of Poverty.com, a poverty awareness site that he hopes people will visit to learn about helping to get more funding for international poverty relief.

"I wanted to have something fun to do that wasn't just a waste of time and had some vaguely redeeming value," Breen says with a laugh. He decided on the vocabulary quiz — and entered all 10,000 words and definitions himself — after watching his son preparing for the SAT.

"It's hard to get people to read about hunger and poverty," Breen says. "It's kind of depressing, so I had to think of an entertaining way to draw people in. Hopefully, they'll also click on to Poverty.com and find out what needs to be done."

So? Let's play, have some fun while helping our brothers and sisters in hunger.

Halloween 2007

We started putting up the Halloween decorations 2 weeks ahead. The weather started to get chilled and dry. Mold and weed, and other allergen are in the air. And, as it always happens year to year, I started to get my allergy symptoms: cough and sneeze. Hate it!
Enjoy the pictures, everyone! And Happy Halloween, Happy Dia de los Muertos, and Happy All Saints Day!



Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Behold, Some Are Last Will Be The First

Wednesday, October 31, 2007
I found this reading online from madonna magazine. Published by Jesuit Orde in Australia (www.madonnamagazine.com.au). I'd like to share with ya'll cuz it gives us strength and hope, to know that when we are living in Him, everything will be fine, nothing will turn bad.

Romans 6:19-23

Paul says that a disciple of Jesus can have no master but God. A Christian is a person who has surrendered to God in Christ, a person who has given complete control of his/her life to Christ, holding nothing back.

Grace is God’s gift. God’s Grace is not an excuse for sin!

The old life was characterized by lawlessness, uncleanness, sin. The new life is characterized by righteousness, by right relationships. New life is a life that gives God God’s proper place and respects the rights of other human persons.

The new life leads to sanctification……it is the road to holiness. A person who has given himself/herself to Christ has begun the process of sanctification, is on the road to holiness, and is on his life-long journey to holiness.

Luke 12:49-53

The Jews waited for the Messiah, conqueror and King. To them, Jesus spoke of the terrible experience he was to go through - the cross was before his eyes. How different this is from the idea of conqueror King! Jesus came not with avenging armies, but giving His life! His coming meant division and it still could mean division because loyalty to Christ has to take precedence over the dearest loyalties of this world.

To choose Christ could mean denial of other things and other loyalties!

Walking Faithfully: "He who is faithful in a very little thing is faithful also in much” (Luke 16:10).

---------------------------------------------------
Good News Reflection

All things are working for your good

When you walk to your mailbox, into church, through a parking lot, down the street, or anywhere else that your feet take you, what do you usually look at? Are you watching your feet? And the ground go by? Or is your head up? Are you observing how beautiful the clouds look and appreciating the way the tree branches intermingle and raise their leaves toward heaven? Do you watch other people, in admiration of God's handiwork as you recall that he loves them all?

Directing your sight upward is great spiritual exercise. It helps us to understand and live in the truth of today's first reading. As Saint Paul points out, instead of focusing on our weaknesses, instead of noticing how our prayers are NOT being answered, instead of paying attention to our insufficiency and powerlessness when praying for big needs, we should remember the love and power of the Holy Spirit. The Spirit of God partners with us, leads us, and prays with us. In whatever we're lacking, whatever's missing or not yet accomplished, God's Spirit within us can fill up the gaps and provide peace.

Look at that! Look at the goodness of God! Keep your eyes on Jesus!

No matter how bad a trial has been, no matter how destructive it seems, if we give it to Jesus, he redeems it. Redemption means that something bad is converted into something good. Jesus always uses everything for the good of those who love him. We can benefit from even the worst of hardships. The benefit might be more inner strength, or fuller compassion, or special blessings and graces. There is no evil that God cannot or will not defeat by bringing good from it.

There is no victimization without victory if we turn it over to Jesus.

Of course, asking God to redeem a bad situation isn't enough. We have to keep our eyes on Jesus, looking upward to see the good that he raises from the bad. We have to embrace what the Father gives us instead of turning away and pouting, "But that's not what I want! Why won't You give me what I've been praying for? Why won't You do it my way?"

When we have difficulty seeing the good that God is doing in a bad situation, we can pray what the psalmist did in today's responsorial Psalm: "Give light to my eyes... let my heart rejoice in Your salvation; let me sing that the Lord has been good to me."

We experience joy in the midst of suffering when we stop watching the dirty ground beneath us and look up to observe the beauty and the blessings that God has placed around us. This is when we can genuinely proclaim: "All my hope, O Lord, is in Your loving kindness!"

Dunia Fantasi is way too OLD??

Sepupuku di Jakarta mengirim kisah ini. Buat info kalian, yang ngalamin kisah ini adalah temen sekantor dia. So, buat yang suka nyerempet-nyerempet bahaya mesti baca kisah ini dulu.

Guys,
kemaren, hari kamis, tgl 11 okt 2007, gw and my big famz jalan2 ke dufan, kesempatan menikmati dufan sepi tanpa ngantri. Trus gw naek POWER SURGE 2x!!Lo semua yg udah pernah ke dufan tau donk power surge yg mana, even ada yg belum pernah naik (ato takut naek?!), at least lo tau bentuknya gimana, itu tuh yg kayak kincir angin, terus lo diputar ampe ke atas bgt (around 50 meter), letaknya setelah ISTANA BONEKA. Tau kan??!!

Nah, saat gw and 5 sepupu gw yg lain naik pertama kali, nothin happened, semuanya baik2 saja. Karena qta penantang adrenalin, qta sepakat untuk naik lagi. That was when d trouble begun. Dari pertama mau mulai permainan emang udah agak kacau, safetynya ada yg agak
kendor jd bolak-balik dicek,,ampe yg udah duduk pd protes sangking panasnya, jam 1 siang bow!!!

Finally, semuanya aman,operatornya jg udah yakin,dan mulailah saat2 menegangkan. Setelah diputar-putar 360 derajat, digoyang2,rambut yg kacau balau ngga keruan,darah udah pindah di kepala semua, permainannya melambat, which is berarti dah mau selesai. Tp anehnya, permainan itu melambat saat kita semua masih pada di atas. And u know what, IT STUCK!! PERMAINANNYA BERHENTI TOTAL SAAT SEMUA PENUMPANGNYA MASIH PADA DI KETINGGIAN 50 meter dr tanah!!!!

Posisinya bahaya semua, adek gw yg duduknya depan gw, posisinya menghadap ke bawah, kyk klo lg tidur telungkup. Mukanya udah pucat bgt, gw udah teriak "Pegangan yg erat ya!!" Yg plg gw takutin adl, pengamannya lepas, dan DEBUM!! Hujan orang dimana2.

Pemandangan dr atas jg ga enak bgt. Ada yg ngerekam kejadian itu, ada yg sibuk ngambil gambar,ada ortu yg teriak2 ada jg yg ampe nangis neriakin anaknya spy pegangan. Nyokap gw malah terlalu kreatif dengan main lempar2an botol minum buat gw and saudara2 gw.

Semua org yg ngeliat pd teriak,,ada yg marah,,krn beberapa dpt posisinya menghadap matahari jakarta jam1 siang yg ngga ada ampun panasnya,,ampe pd nangis2. Pokoknya HECTIC bgt!

Oom gw yg pilot,turun tangan untuk bantuin operatornya. Ternyata operator2 itu yg jmlnya 3 org, MEREKA BAHKAN NGGA TAU PROSEDUR apa yg harus dilakuin!PARAH!! MEREKA BAHKAN NGGA TAU GIMANA CARA JALAIN JETSETnya!! GILA!!

Kurang lebih 20 menit kita semua di atas sana, menyerempet2 kematian, mulai menyadari dosa2 selama ini,tobat. Gw ngga tahan ngeliat ade gw yg pucat pasi ampe berubah jd biru warna mukanya,anak2 yg nagis2 di atas krn kepanasan+ketakutan. Gw ketakutan setengah mampus, bolak-balik berdoa dlm hati.

Akhirnya, permainan itu turun juga dgn sempurna, semuanya baik2 aja. Even ada bpk2 yg mau nuntut pihak dufan for diz insiden. For me and my fams, cukup berterima kasih sama TUHAN krn semuanya baik2 saja.

Tp yg bikin gw BT bgt adalah pihak dufan-nya, or at least operatornya NGGA ADA yg blg maaf ato basa basi kek, padhal kan nyawa kita taruhannya di atas situ!! Sbg mahasiswa hukum, gw jd pengen ngajuin gugatan class action gugatan ganti rugi bila perlu!!

Ini bener2 gw alami sendiri, bukan rumor, bukan second hand story. Buat lo semua yg mau ke DUFAN, gw saranin hati2, lebih baik ngga usah. DUFAN is way too old.

-Esther Juniar P.-

Ngeri banget to? Inget dulu kita diajak bos produser kita oh A Kiat ke Dufan dan aku naik roller coaster (kalo gak salah inget namanya 'Halilintar' yah? kalo salah ya mohon diampunin, soale wis luamaa...). Terus kita pindah naik 'Kora-Kora' (yang ini aku inget banget!). Lha, si Ivan bilang gini,"Kalo kamu takut, duduk belakang aja. Disana gak begitu banter goyangannya." Udah, nurut aku duduk belakang. Eh, la kok ternyata buk ibuk...gilaaa bener! Ayunan awal gak apa-apa. Tambah lama tambah kenceng, aku rasane kaya diputer kepala dibawah. Aduh, pusing sampek mau muntah rasanya. Dibujuki abis aku, sementara Ivan cuman ketawa ketiwi. Buyaran, aku ngamuk ama Ivan dan mogok ngomong..he..he..

J-Lo and Kinno Wedding


On the 9th and 11th of October 2007

J-LO O. SCARLLET OF FIFTY ONE KENNEL
&
KINNO VON STRAUS

May both of them be blessed with a lot of healthy-cute puppies.

Happy owners,
Jolanda & Ken and Julia & Pieter


***********************************************************

Congratulation for J-Lo and Kino! May they have a big-cute-happy family. Congratulation also for the happy and proud owners Jolanda and Ken and Ms. Julia and Mr. Pieter. We are happy for you!

Forgive Others as You Want Others Forgive You

Few days ago Jolanda shared her sad story about her family situation where her dad in one side and her mother with her sister in the other side hates each other, so bad that until this time they still cannot forgive one another. As a result, Jo and her brother Markus have no choice but hurt between the tag war.
Jo remembers this beautiful song by Mike and the Mechanic which she cited in the letters she sent to me and Esther. Jo, I remember how that letter brought my tears since I just had 'uncomfortable' situation with my dad at that time and I thought he hate me. But, later I learned that he just wanted to protect me from harm that I couldn't see before. Just like the lyric in this song...I wish I could tell my dad I'm sorry...eye to eye...
So, to anyone who happen to see this blog, here I copy the lyric and you can also listen to the song.
Hope everyone would be touched by this song and be more forgiving. And someday, we will live in the world full with peace and harmony. Amen!
Peace Out!

***********************************

Living Years

Every generation
Blames the one before
And all of their frustrations
Come beating on your door

I know that I'm a prisoner
To all my father held so dear
I know that I'm a hostage
To all his hopes and fears
I just wish I could have told him
In the living years

Crumpled bits of paper
Filled with imperfect thought
Stilted conversations

I'm afraid that's all we've got

You say you just don't see it
He says it's perfect sense
You just can't get agreement
In this present tense
We all talk a different language
Talking in defence

Say it loud, say it clear
You can listen as well as you hear
It's too late when we die
To admit we don't see eye to eye

So we open up a quarrel
Between the present and the past
We only sacrifice the future
It's the bitterness that lasts

So Don't yield to the fortunes
You sometimes see as fate
It may have a new perspective
On a different day
And if you don't give up, and don't give in
You may just be O.K.

Say it loud, say it clear
You can listen as well as you hear
It's too late when we die
To admit we don't see eye to eye

I wasn't there that morning
When my Father passed away
I didn't get to tell him
All the things I had to say

I think I caught his spirit
Later that same year
I'm sure I heard his echo
In my baby's new born tears
I just wish I could have told him in the living years

Say it loud, say it clear
You can listen as well as you hear
It's too late when we die
To admit we don't see eye to eye

Old Pecan Street Fall Festival 2007

Among tons of art and craft festivals we did this year, this Old Pecan Street Fall Festival has been famously known for its "best" visitors. Well, for craft vendors -like us- it doesn't matter how big crowd is, what matter most is this crowd would buy things from us.
The festival was held on September 29-30, 2007. Loel and I started loading our stuff the night before. As usual, Loel was a bit lazy and wanted to do it in the morning. But I insisted we do it that night because I don't want to see him grumpy all morning which would ruin our whole -might-be-a-fun-day. He agreed!
We left Saturday morning at 9am and started our booth pretty quick (hey, we've been doing it almost 2 years now!). Later that afternoon I got a chance to wander around downtown Austin a bit and took some pictures to show to you gals!
Ok. Here some cool things in Austin that you may not find it anywhere else:
1. Old buildings. Along 6th Street lay old buildings which are now -mostly- serving as kafes and bars. The City tries its best to preserve them. Most of these buildings were built in 1800s. They look unique and artistic in a day and become really "alive" at nite. Austin gives a big appreciation to music and musicians. They even have a non-profit organization to help musicians with their career, health benefits, etc.

2. Horse carriage. This special carriage ride includes a tour of the Texas Capitol, Governor's Mansion, the historic homes of the Bremond Block, a trip past Town Lake, and your choice of 6th Street or the Warehouse District. You can also have it for your special wedding ride! Only you cannot have those 'Just Married' cans in the back or it would scare the horse away ha..ha..

3. "Becak" or here it's called Pedicap. You may no longer be able to find it in Jakarta. But here in Austin, you can enjoy the ride around 6St. Street on a becak. These "becaks" are fully licensed by the City of Austin and they work for tips from customers. Ain't that cool??

4. Duck Ride. This is an amphibian vehicle which can take you for a tour to the lake of Austin. Yes. I mean to the lake, just like a boat (or ferry) and then come back to the city. They have a special pool/stop on 6th Street.

Here you can see the pictures of what I just told you. Enjoy!

A New Model of Scam??

Sekitar 2 minggu yang lalu seorang sahabat dekatku mengalami dilema. Kita chatting dan dia 'curhat' tentang 2 orang cowok yang baru dikenalnya lewat internet, let's call him A and B. Temanku ini, panggil aja Wati (nama minta disamarkan, red.), minta pendapatku tentang si B yang "enthuastically" interested to her. Hampir saban malem minta chat. Sementara si A kok modelnya adem ayem aja. Aku bilang berdasarkan pengalamanku, cowok yang dari awal udah mulai ngobral omongan biasanya gak akan tahan lama dan umumnya gak jujur.
Beberapa hari kemudian kita chat lagi dan Wati bilang bahwa si B ini bahkan sudah mem-propose dia saat chatting. Deg! Ini bener-bener mengingatkanku pada Brian, my ex-bf. Jo dan Daisy tau banget 'kisah amor' ku dengan dia ini. Aku langsung peringatkan Wati, hati-hati aja ngadepin cowok model gini. "Bilang aja, kamu gak bisa bilang yes or no atas proposalnya kalo belum ketemu person to person." Wati tampaknya gak kepengaruh sama rayuan tuh cowok. Aku tau dia ini tipe cewek rasional. Pinter lagi!
Nah, 2 atau 3 hari sesudahnya Wati kirim email berikut ini.

Rabu lalu chatting terakhir qta, tuh cowok bilang sorenya berusaha telp aku via HP.....hihihi.....aku gak denger, soalnya lagi cuci rambut, dan HP yang ini kan gak pake remainder kalo-2 ada sms/phone terlewat...hehehe... Trus dia cerita, kalo anaknya (kalo bener anaknya....hehehe...eh, ada yang belon tau kl dia ngaku duda mati dgn 3y.o. daughter? hihihi...yach, telat, deh!) yang ditinggal di UK jatuh d/ ayunan yang barusan dibelikan sebelum dia out ke india, dan tuh daughter unconcious di RS dengan patah kaki & cedera kepala. Ada yang pengen tau apakah aku ikutan panik? hehehe....anehnya, enggak tuh! Mungkin krn ada sesuatu yg ganggu pikiranku waktu dia bilang masalah anaknya...yang nti tak ceritakan di bawah. Lah...terus ini yang bikin pagar besi di kepalaku mencuat dan nutup....hihihi....tuh cowok blg dia kesulitan ngirim uang biaya RS ke penjaga anaknya, krn ntah kenapa semua western union di india gak bisa ngirim, cuma bisa nerima. Lah, masak???? Trus dia minta tolong aku minjemin dia duit dan dikirimkan ke orgnya itu di UK via western union... Lah, bau tikusnya jd makin tercium keras di hidungku. Aku nolak, dgn alasan aku cuma punya dana paling banter 75 poundsterling dan belon pernah berurusan dgn western union. Pikirku, mana bisa 75 poundsterling buat biaya RS...hehehe....dikit banget! Aku kasih saran u/ transfer aja antar bank, katanya penjaga anaknya itu gak punya bank account karena bangkrut sebelum kerja ke dia. Tuh cowok ngotot minta dikirimin seadanya dulu, dgn janji akan dikembalikan pada waktu dia sampe di sby hari minggu besok. Dasarnya aku emang rada gak percaya, ya aku tetap nolak, dengan menghaluskan alasan....hehehe.....dan aku bilang spy dia batalin aja visitnya ke indo, toh lebih penting ngurus anaknya.....bener kan??????? Lah masak trus dia bilang apa aku tega nyuruh dia balik ke UK terus balik lagi ke JKT???? Ya aku bilang gak nyuruh dia balik u/ penuhi janji visit aku.....pokoknya urus aja dulu anaknya (kalo emang bener anaknya.....hehehe....). Nti kalo Tuhan emang niat, pasti dibukakan jalan u/ visit aku....bener kan???? Jadilah qta berpisah dengan saling marahan...hehehe....walaupun cuma dalam kata-2 di komputer....hehehe....

Td malam aku gak online, niat ngetes emang....bener gak feelingku kalo dia tuh a fraud.....hehehe, lumayan tidur lebih d/ 8 jam, sambil ngilangin gejala-2 flu yang mulai hinggap....hehehe....
Pagi ini aku cek, tidak ada offline messages kayak biasanya kalo aku gak muncul malam sebelumnya. Aku cek di lavalife, profile dia udah gak ada, padahal kemarin msh nongkrong. Hehehe....berarti bener kan....a fraud! Herannya, loh, berani-2nya mencoba nipu, padahal selama chatting aku pernah cerita tentang netter-2 yang mencoba-2 berbohong dan bertipudaya, tetapi aku selalu krasa dan bisa tau sebelum semuanya masuk terlalu jauh. Orang kok gak belajar d/ sejarah toh ya? hehehe....

Oke, sekarang aku ceritakan kecurigaanku masalah anaknya. Cuma Nia yang pegang fotonya, yg dikirim ke aku selasa sebelumnya. Rabu pagi itu, aku buka lagi tuh foto.....eh, anak itu emang cute banget loh, bener gak, Nia? Lah, terus aku liat name tag di dadanya....hihihi...coba liat deh, Nia.....rasane nama yang tertulis di situ bukan nama yg dikasihkan ke aku.....hihihi....bengong dong, aku....hehehe...!

Terus masalah jewelry yang katanya dia belikan untuk aku....Inget Nia, qta berkomentar yg sama, kok kayaknya tuh foto diambil dari etalase? hehehe....

Belum semua hal-hal kecil yang tidak terjelaskan selama qta chatting...hihihi....aku cerewet, sih, semua-2 ditanyain....hehehe....! Hal-hal aneh kayak ngapain immigration officer ada urusan di India (lah, emang CIA? hehehe...), kenapa kok dia gak contact konsulat di Indo u/ bantu organize his visit plan (alasannya dia skrg lg gak di kantornya....lah, kayak dia lagi terlibat illegal works, toh? hehehe...), atau bahkan ngapain dia gak minta bantuan temannya di UK u/ urusan anaknya itu ketimbang ngandalin orang asing, yang bahkan tidak berada di UK.....hehehe....!

Okay, dah jelas semua? hehehe...jadi qta tutup aja bukunya dan tuolooooooong jgn dibicarakan lagi yach? hihihi.....bukannya broken heart.....sungguh, ternyata salah...hehehe.... Lebih sakit hati ngadepin yg 3 thn sebelum ini....hihihi....lain cerita, tp gak usah minta diceritain...hihihi.....! Emang rabu malam itu sakit hati banget, bukannya karena patah hati, tapi rasane lebih karena bertengkarnya itu...hihihi....dan karena jelas-2 bakalan kehilangan teman ngobrol lagi! Buktinya, td malam bisa tidur enak, gak penasaran, gak kelimpungan mikirin....dan pagi ini bisa dgn tenang bekerja dan ngakuin ternyata dia benar penipu....hehehe....! Hanya satu rasa berterima kasih pada cowok ini...hihihi, masih bawa untung loh dia....hehehe....karena chatting dengan nih cowok berhasil bantu aku melewatkan suatu tanggal penting dengan tertawa....bukannya dengan sad memories....hehehe...bagus, kan?


Bagus sekali Wati! Kamu bisa pakai akal sehatmu, dan nggak cuman ngikutin perasaan. Lebih bagus lagi karena kamu bisa melihat nilai positif dibalik kejadian ini. So, aku salut sama kamu. You deserve a good loving man. I pray for you, always!

Kisah Anak Penjual Kue


Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke Jakarta. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu.

Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitusaja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu." Molek budi bahasanya.

Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca
jendela. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum.

Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya.
"Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak.

Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu.
"Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa
duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu
lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya
kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.
********************************

Veyke mengirim cerita ini dan sungguh mengharukan bahwa anak seperti dalam kisah ini ada dimana-mana, gak cuman di Indonesia aja. Yang bikin sebel itu pengemis-pengemis di Amrik. Mereka suka karang-karang cerita. Satu dari mereka bahkan pernah nulis di card-board gini,"Whole family killed by ninja. I'm the only survivor." Lucu tapi gak lucu.
Banyak kok cara yang bisa kita lakukan untuk bantu anak-anak jalanan seperti dalam kisah ini. Seperti Esther yang selalu otomatis tergerak hatinya melihat anak-anak jalanan. Kuingat dia bantu bayarin sekolah anak penjual majalah di kafe deket jalan Arjua. Dulu aku biasa punya stok snack (chiki, wafer, coklat, air mineral) di mobil buat anak-anak asongan di Surabaya. Atau waktu di Guatemala, tiap hari aku masak meal dan snack buat anak-anak penjual tipica (Guatemalan handcrafts).
Makin banyak dari kita yang membantu mereka, aku rasa harga diri mereka akan terbentuk dan mereka akan bisa survive.

Donkey Lessons

One day a farmer's donkey fell down into a
well. The animal cried piteously for hours as
the farmer tried to figure out what to do.

Finally, he decided the animal was old, and the
well needed to be covered up anyway;
it just wasn't worth it to retrieve the donkey.

He invited all his neighbors to come over and
help him. They all grabbed a shovel and began
to shovel dirt into the well. At first, the
donkey realized what was happening and cried
horribly. Then, to everyone's amazement he
quieted down.

A few shovel loads later, the farmer finally
looked down the well. He was astonished at what
he saw. With each shovel of dirt that hit his
back, the donkey was doing something amazing.
He would shake it off and take a step up.

As the farmer's neighbors continued to shovel
dirt on top of the animal, he would shake it
off and take a step up.

Pretty soon, everyone was amazed as the donkey
stepped up over the edge of the well and
happily trotted off!

Life is going to shovel dirt on you, all kinds
of dirt. The trick to getting out of the well
is to shake it off and take a step up. Each of
our troubles is a stepping stone. We can get out
of the deepest wells just by not stopping,
never giving up! Shake it off and take a step up.

Remember the five simple rules to be happy:

- Free your heart from hatred - Forgive.

- Free your mind from worries - Most never happen.

- Live simply and appreciate what you have.

- Give more.

- Expect less.


NOW ............

Enough of that crap . The donkey later came back,
and bit the farmer who had tried to bury him.
The gash from the bite got infected and
the farmer eventually died in agony from septic shock.

MORAL FROM TODAY'S LESSON:

When you do something wrong, and try to cover
your ass, it always comes back to bite you.

***********************
Thanks Vey! You sent it just in the right time. Really inspiring and give me strenght to go on.

Puasa

Temen dari Jogja yang sekarang sedang mengambil master masalah gender di UT (University of Texas) mengirimkan artikel ini. Semoga ini bisa menjadi bahan refleksi keimanan kita, gak cuman buat muslim doang. Gunawan Mohammad memang bener2 luarbiasa! Selamat (ikutan) berpuasa yah!

********


DI hari-hari ini saya berpuasa dan merasakan sebuah privilese: saya dihormati. Dengan tekad saya sendiri saya berniat tak makan dan tak minum sejak dini hari hingga senja; selama itu saya sadar bahwa akan ada saat-saat saya bisa tergoda—tetapi saya selamat. Saya siap untuk terganggu, tetapi lihat: saya tak boleh diganggu.

Privilese itu kini sudah seperti sesuatu yang semestinya. Demi ibadah saya, yang saya niatkan sendiri, orang-orang lain tak bisa pergi pijat karena selama sebulan semua panti pijat harus ditutup—meskipun ini bukan tempat yang mesum sama sekali—dan sekian ratus pemijat tidak mendapatkan penghasilan. Demi ibadah saya, orang-orang lain tidak dapat minum minuman beralkohol selama kurang-lebih 30 hari, siang dan malam—meskipun mereka lazim melakukannya sebagai bagian dari hidup mereka—karena bar tak boleh buka dan kalaupun ada restoran buka, bir, anggur, wiski, konyak, vodka, dan lain-lain harus masuk kotak.

Terkadang saya tak tahu apakah saya merasa bangga, atau bersyukur, atau merasa bersalah, ketika di mana-mana dipasang anjuran: ”Hormatilah Orang yang Berpuasa”.

Tentu saja sikap menghormati adalah sebuah sikap yang bisa datang dari hati yang ikhlas dan sukarela. Tapi sikap itu juga bisa diperlihatkan khalayak ramai karena aturan pemerintah, para ulama, atau tekanan lain yang menakutkan. Kita sekarang tidak tahu yang mana yang menentukan. Jika ada polisi atau petugas kota praja—belum lagi kelompok orang galak yang dengan gampang menyerbu dan merusak—yang membuat penghormatan itu berlaku, saya tak pernah yakin sejauh mana penghormatan (atau lebih tepat ”apresiasi”) yang ikhlas yang sedang saya rasakan. Jangan-jangan semuanya adalah penghormatan (atau lebih tepat ”sikap merunduk”) yang dengan gerutu.

Tapi di sebuah negeri yang tak jarang memperdagangkan kepalsuan, akhirnya soal seperti itu tak dipersoalkan. Pokoknya: saya berpuasa, sebab itu saya harus dihormati.

Namun saya tak hendak mengomel. Sebab menghormati orang yang berpuasa dapat berangkat dari sebuah alasan yang bagus. Ramadan sering dikatakan sebagai bulan yang dekat dengan rohani. Tetapi tak kurang dari itu Ramadan sebenarnya menekankan pentingnya tubuh—justru dengan mengaktualisasikan tubuh yang tak penuh. Bulan ini adalah bulan yang berbicara tentang kondisi dasar manusia yang paling kurang. Puasa adalah penegasan diriku sebagai sesuatu yang lapar dan juga retak: sebagai aku yang ingin dan tak mendapat, aku yang menolak untuk rakus tapi juga merasa sakit.

Tapi saya, yang berpuasa ini, juga sering tak menyadari bahwa puasa dapat memberi diri sesuatu yang sama sekali bertentangan: rasa berkelebihan, bahkan supremasi. Aku seakan-akan dalam kesucian, sebagai yang ”berkorban” dan juga sebagai yang ”tak najis”. Orang lain? Mereka dosa, loba, penuh syahwat—pendeknya lebih nista dari diriku.

Itu barangkali asal mula orang lain dituntut untuk menghormati aku. Kalau tidak, orang lain harus aku jauhi. Kalau tidak, orang lain harus aku tobatkan. Aku, si suci, harus meniadakannya sebagaimana dia adanya, dengan menyisihkan atau mengubahnya.

Salah satu problem besar dunia ialah bahwa kita sering menemukan wajah yang bertentangan seperti saya sebut tadi dari orang yang berpuasa—atau dari orang dalam ibadat yang mana pun. Kontradiksi ini disembunyikan atau ditekan karena wacana yang ada diberi sanksi oleh sebuah bayangan tentang Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna yang menuntut keutuhan dan kekuatan, bukan sebuah bayangan tentang Yang Maha Rahman dan Rahim yang mengampuni si daif dan si retak-cacat.

Dalam wajah yang lapar, yang dekat dengan tubuh, dalam kekurangan dan kefanaan, manusia hadir mau tak mau mengalami dirinya bukan sebagai sebuah ide, bukan sebuah konsep yang abstrak. Perut yang meminta nasi dan tenggorokan yang sedikit bau basah tidak ada dalam Manusia dengan ”M”. Seraya bersentuhan dalam sifatnya yang konkret, manusia mengalami dan menyadari apa artinya perubahan, apa perlunya perbedaan dari waktu ke waktu, perbedaan dari satu situasi ke situasi lain.

Tetapi bila puasa bukan menandaskan wajah yang lapar, melainkan kesucian diri yang penuh, manusia merasa seakan-akan berada di atas segala situasi, di luar waktu, tak tersentuh perubahan, dan perubahan bahkan dapat berarti najis.

Di hari-hari ini saya berpuasa—dan apakah gerangan yang tumbuh dalam diri saya? Sesuatu yang menghargai yang fana dan sebab itu berterima kasih atas setiap momen empati? Atau sesuatu yang meminta dihormati, karena aku adalah sebuah prestasi, sebuah posisi di atas sana, di mana yang kekal dan sempurna mengangkatku?

Jika saya harus menjawab, saya akan mengatakan: saya takut dihormati.


Goenawan Mohamad

Bamboo Fern


One day I decided to quit...I quit my job, my relationship, my spirituality...
I wanted to quit my life. I went to the woods to have one last talk with God.

"God", I said. "Can you give me one good reason not to quit?" His answer
surprised me...
"Look around", He said. "Do you see the fern and the bamboo?"
"Yes", I replied.
"When I planted the fern and the bamboo seeds, I took very good care of them. I
gave them light. I gave them water. The fern quickly grew from the earth. Its
brilliant green covered the floor. Yet nothing came from the bamboo seed. But I
did not quit on the bamboo. In the second year the Fern grew more vibrant and
plentiful. And again, nothing came from the bamboo seed. But I did not quit on
the bamboo." He said.

"In year three there was still nothing from the bamboo seed. But I would not
quit. In year four, again, there was nothing from the bamboo seed. I would not
quit." He said.

"Then in the fifth year a tiny sprout emerged from the earth. Compared to the
fern it was seemingly small and insignificant...But just 6 months later the
bamboo rose to over 100 feet tall. It had spent the five years growing roots.

Those roots made it strong and gave it what it needed to survive. I would not
give any of my creations a challenge it could not handle." He said to me.
"Did you know, my child, that all this time you have been struggling, you have
actually been growing roots?"
"I would not quit on the bamboo. I will never quit on you."

"Don't compare yourself to others." He said. "The bamboo had a different
purpose than the fern. Yet they both make the forest beautiful."
"Your time will come", God said to me. "You will rise high"
"How high should I rise?" I asked.
"How high will the bamboo rise?" He asked in return.
"As high as it can?" I questioned
"Yes." He said, "Give me glory by rising as high as you can."

I left the forest and bring back this story. I hope these words can help you
see that God will never give up on you. He will never give up on you.
Never regret a day in your life.
Good days give you happiness; bad days give you experiences; both are
essential to life

(Thanks to Veyke who forwarded this beautiful story. It's really inspiring!)

Misa Indonesia Pertamaku di Austin

Hari itu Kamis siang di Austin, Texas. Di Costco food court, tempatku bekerja, pengunjung mulai ramai antri untuk lunch. Tiba-tiba, "Hai, Maria! Apa kabar?" Ternyata Lily Widodo, salah satu customerku yang berasal dari Malang, Indonesia. Setelah basa basi sejenak, Lily mengajakku untuk datang ke misa Indonesia tanggal 9 September jam 2pm. Aku ragu, karena itu berarti kurang dari 2 minggu waktu yang kuperlukan untuk minta ijin off dari managerku. Plus, minggu itu aku dan beberapa teman di food department dijadwalkan temu muka dengan manager regional. Setelah tahu situasiku, Lily menawarkan dirinya untuk memintakan ijin buatku. Tapi saat itu managerku sedang tidak ada ditempat. "Pokoknya kamu mesti dateng. Biar bisa kenal teman-teman Indonesia yang lain. Kalau ada masalah sama bos, bilang saya, ntar saya bantuin deh!" Begitu gigihnya Lily! Ha ha..

Dalam perjalanan pulang, aku mikir gimana enaknya minta ijin. Tapi, sampai akhir minggu itu pun, aku tetap belum menemukan jawaban. Aku bahkan udah sampai pada taraf 'pikiran curang': call-in-sick (minta ijin sakit) pada minggu itu. Tapi, hari Senin, Mike -manager dari department lain- menemui aku dan minta bantuanku untuk bekerja 'temporarily' di departemennya mulai minggu depan. "OK, Mike. But I need to ask you one little favor." Kuutarakan situasiku, and Mike said, "That's it? Alright then. You only work weekdays and you'll get all weekend hanging out with your friends and families." Oh my God! This is way beyond my expectation! Thank you Lord! Jadi aku gak perlu susah-susah ngarang cerita ini itu, atau bahkan pura-pura sakit. Tuhan sungguh baik.

Akhirnya, minggu itu datanglah. Aku ke rumah Lily dan bersama-sama keluarganya kita ke UCC (University Catholic Center) di kompleks UT (University of Texas) di downtown Austin. Aku sengaja gak ajak Loel, karena kupikir ntar cuman misa dan sekedar acara gathering kecil-kecilan. Misa berlangsung lancar dengan Romo Fajar, OFM. yang ditugaskan di paroki New Braunfels. Sebenarnya misinya di San Antonio, tapi berhubung di New Braunfels lagi kosong gembala ya udah beliau yang jadi 'single fighter' disana. Ada sedikit 'insiden' saat komuni. Romo kehabisan hosti! Dengan sigapnya, Lily langsung lari ke ruangan atas untuk ambil extra. Insiden teratasi! Thanks to Lily!

Selesai misa, Romo minta para mahasiswa baru UT untuk maju ke depan. Lily dengan semangatnya mengangkat tangan sambil berseru, "Romo...Romo...ini ada anggota baru juga tolong dipanggil!" sambil tangan satunya menunjuk diriku. Walhasil, aku ikutan maju bersama sekitar selusin mahasiswa baru. Setelah perkenalan sejenak, Romo perciki kita dengan air suci lalu memberikan berkat dan doanya.

Selesai misa, kita menuju rumah Inneke Widjaja yang dijadikan 'stasiun kongkow' kali ini. Sayang sekali, Romo Fajar gak bisa ikutan karena beliau mesti balik ke parokinya untuk bertemu dengan para orangtua sekolah minggu. Masuk rumah Inneke, harum aroma masakan Indonesia langsung nabrak hidung! Opor ayam, sambel goreng ati-rempelo, gado-gado, lemper, risoles, es tape, dan masih banyak lagi lainnya. Oh, betapa rinduku pada masakan tanah air! Para mudika yang semuanya adalah mahasiswa UT dan keluarga-keluarga katolik lainnya udah pada ramai ngobrol didalam. Kuhitung-hitung ada sekitar 80 orang! Lily - dia ini dijuluki 'Bu RT' di komunitas Indonesia di Austin ha..ha..- bilang, "Ini belum semuanya, karena mereka yang hadir disini cuman yang katolik. Tapi setidaknya kamu sekarang tahu bahwa kamu punya banyak teman disini." Benar-benar menakjubkan!

Acara kumpul dan makan-makan ini bisa dibilang 'Java potluck party'. Why? Karena hampir semua yang hadir disana berasal dari tanah Jawa. Bahasa Jawa ngoko dan Suroboyoan mendominasi obrolan. Kita ngobrol mulai soal dimana dapat pete di Austin sampai kondisi politik di tanah air. Semua yang kutemui menanyakan kenapa suamiku gak diajak. Aku bilang dia lagi sibuk, maybe next time. Tak terasa, malam tiba. Saat pulang, aku masih dibekali Lily frozen papaya leaves! Lumayan....bisa tak bikin jangan godhong kates..yuum...yuuum..!

Sampai dirumah, aku cerita ke Loel dengan semangat 45 tentang acara tadi dan bagaimana orang-orang menanyakan dirinya. Loel dengan pasang muka sedih bilang, "I thought I was not invited. You didn't ask me to go with you." Ya ampun! Lha aku kira dia yang mau stay home. Aku langsung menghiburnya, "Next time, kita bisa bikin acara pemberkatan rumah dan undang mereka dan kita bikin Indonesian pot luck party lagi. How's that, hun?" Dan dia kembali pasang muka ceria, kaya arek cilik yang baru dikasih permen ha..ha..

Anyway, misa Indonesia pertamaku di Austin sungguh-sungguh berkesan. Acara sesudahnya pun benar-benar membawaku ke masa di saat aku masih di Surabaya dulu. Betapa indahnya making new friends in a new land. Loel teased me, "Kalau sejak dulu kita tahu ada komunitas Indonesia begini, mungkin kamu gak perlu sampai ngamar di hospital." I think he's right! Ha ha..

Tuhan Yesus, Ini owe, A Cong...



Ini sebuah kisah nyata yang menarik dan menyentuh. Ada seorang laki-laki paruh baya, umur 50 tahunan. Ia dipanggil A Cong (Ah Chong, ejaan inggrisnya). Miskin, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunan itu mendapat perhatian seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia, Jakarta. A Cong diangkat menjadi CEO (chief exec.officer) atau penanggung jawab penuh toko tersebut. Usaha material itu meraup sukses luar biasa.


Sedemikian sibuknya A Cong di toko itu melayani pembeli, sampai ia tak sempat makan dengan teratur. Bahkan tidak jarang ia makan sambil tetap melayani. Tetapi, di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia menyempatkan diri berlari ke sebuah gereja di dekat situ. Dan itu ia lakukan tiap hari, sudah lebih dari tiga setengah tahun. Sampai pada suatu hari kecurigaan pastor paroki gereja tersebut memuncak. Ia telah memperhatikan dan mengamati fenomena aneh ini di gerejanya. A Cong datang di pintu gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera bablas lagi. Ritual itu setia dilakukan A Cong, tiap-tiap hari, itu-itu saja. Adakah udang dibalik batu??? Jangan-jangan ..... ??


Romo yang penasaran itu akhirnya mencari kesempatan menghadang si A Cong, dan bertanya tanpa basa-basi lagi : Maaf, Cek (panggilan menghormat bagi laki2 Tionghoa; "Encek", red.), kenapa Encek saben hari datang jam 12 begini, cuman berdiri aja di pintu, bikin tanda salib, terus cepet-cepet pergi?" Kaget, si A Cong menjawab tersipu: "Hah?!... Lomo, owe ini olang sibuk, owe cuman punya waktu seliki, tapi owe seneng dateng kemali." Jelas, Romo belum puas dan terus mendesak: Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja gitu?" Jawab A Cong dengan polos: "Ngga ada apa2. Benel ! Owe cuman bilang ini doang: Tuhan Yesus, ini owe, A Cong. Uuudah !" Terbengong, hanya "Oh....!" yang bisa dilontarkan sang Romo. Dan A Cong pun bergegas kembali ke tokonya.


Pada suatu hari A Cong sakit parah karena super sibuk dan makan sekenanya, tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat sehingga ia dilarikan ke rumah sakit. Karena A Cong bukan orang kaya, maka ia menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 8 orang pasien. Sejak masuknya A Cong, kamar itu menjadi ceria, penuh canda tawa. Tak terasa 3 bulan sudah A Cong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang. Ia gembira, tentunya. Tetapi teman-teman sekamarnya bersedih. Selama dirawat itu, semua sesama pasien dihiburnya. A Cong setiap pagi menghampiri teman-teman pasiennya, satu per satu, dan menanyakan keadaan masing-masing. Sayang, sekarang A Cong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi. Akhirnya salah seorang sesama pasien mencoba bertanya: "Eh Cek A Cong, mau nanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek 'kan serius?" Acong tercenung dan menjawab "Saben ali yam lua welas, yah, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki saya, dia bilang: A Cong, ini aku, Yesus Kristus. Gimana owe nggak seneng, coba..."


Aku terus terang jadi malu. Aku yang masih punya waktu lebih daripada si A Cong, tapi kadang masih suka cari-cari alasan buat 'mungkir' dari misa, yang notabene cuman sekali seminggu. Lha si A Cong ini malah saban hari nyempet-nyempetin lari ke greja TIAP JAM 12, TIAP HARI! Kita gak perlu kok seperti A Cong yang tiap hari mesti lari ke greja. Tapi, setidaknya, sesibuk-sibuknya kita, coba sisihkan waktu untuk 'bersama' Tuhan Yesus. Gimana caranya? Tergantung kita masing-masing. God bless you!