Misa Indonesia Pertamaku di Austin

Hari itu Kamis siang di Austin, Texas. Di Costco food court, tempatku bekerja, pengunjung mulai ramai antri untuk lunch. Tiba-tiba, "Hai, Maria! Apa kabar?" Ternyata Lily Widodo, salah satu customerku yang berasal dari Malang, Indonesia. Setelah basa basi sejenak, Lily mengajakku untuk datang ke misa Indonesia tanggal 9 September jam 2pm. Aku ragu, karena itu berarti kurang dari 2 minggu waktu yang kuperlukan untuk minta ijin off dari managerku. Plus, minggu itu aku dan beberapa teman di food department dijadwalkan temu muka dengan manager regional. Setelah tahu situasiku, Lily menawarkan dirinya untuk memintakan ijin buatku. Tapi saat itu managerku sedang tidak ada ditempat. "Pokoknya kamu mesti dateng. Biar bisa kenal teman-teman Indonesia yang lain. Kalau ada masalah sama bos, bilang saya, ntar saya bantuin deh!" Begitu gigihnya Lily! Ha ha..

Dalam perjalanan pulang, aku mikir gimana enaknya minta ijin. Tapi, sampai akhir minggu itu pun, aku tetap belum menemukan jawaban. Aku bahkan udah sampai pada taraf 'pikiran curang': call-in-sick (minta ijin sakit) pada minggu itu. Tapi, hari Senin, Mike -manager dari department lain- menemui aku dan minta bantuanku untuk bekerja 'temporarily' di departemennya mulai minggu depan. "OK, Mike. But I need to ask you one little favor." Kuutarakan situasiku, and Mike said, "That's it? Alright then. You only work weekdays and you'll get all weekend hanging out with your friends and families." Oh my God! This is way beyond my expectation! Thank you Lord! Jadi aku gak perlu susah-susah ngarang cerita ini itu, atau bahkan pura-pura sakit. Tuhan sungguh baik.

Akhirnya, minggu itu datanglah. Aku ke rumah Lily dan bersama-sama keluarganya kita ke UCC (University Catholic Center) di kompleks UT (University of Texas) di downtown Austin. Aku sengaja gak ajak Loel, karena kupikir ntar cuman misa dan sekedar acara gathering kecil-kecilan. Misa berlangsung lancar dengan Romo Fajar, OFM. yang ditugaskan di paroki New Braunfels. Sebenarnya misinya di San Antonio, tapi berhubung di New Braunfels lagi kosong gembala ya udah beliau yang jadi 'single fighter' disana. Ada sedikit 'insiden' saat komuni. Romo kehabisan hosti! Dengan sigapnya, Lily langsung lari ke ruangan atas untuk ambil extra. Insiden teratasi! Thanks to Lily!

Selesai misa, Romo minta para mahasiswa baru UT untuk maju ke depan. Lily dengan semangatnya mengangkat tangan sambil berseru, "Romo...Romo...ini ada anggota baru juga tolong dipanggil!" sambil tangan satunya menunjuk diriku. Walhasil, aku ikutan maju bersama sekitar selusin mahasiswa baru. Setelah perkenalan sejenak, Romo perciki kita dengan air suci lalu memberikan berkat dan doanya.

Selesai misa, kita menuju rumah Inneke Widjaja yang dijadikan 'stasiun kongkow' kali ini. Sayang sekali, Romo Fajar gak bisa ikutan karena beliau mesti balik ke parokinya untuk bertemu dengan para orangtua sekolah minggu. Masuk rumah Inneke, harum aroma masakan Indonesia langsung nabrak hidung! Opor ayam, sambel goreng ati-rempelo, gado-gado, lemper, risoles, es tape, dan masih banyak lagi lainnya. Oh, betapa rinduku pada masakan tanah air! Para mudika yang semuanya adalah mahasiswa UT dan keluarga-keluarga katolik lainnya udah pada ramai ngobrol didalam. Kuhitung-hitung ada sekitar 80 orang! Lily - dia ini dijuluki 'Bu RT' di komunitas Indonesia di Austin ha..ha..- bilang, "Ini belum semuanya, karena mereka yang hadir disini cuman yang katolik. Tapi setidaknya kamu sekarang tahu bahwa kamu punya banyak teman disini." Benar-benar menakjubkan!

Acara kumpul dan makan-makan ini bisa dibilang 'Java potluck party'. Why? Karena hampir semua yang hadir disana berasal dari tanah Jawa. Bahasa Jawa ngoko dan Suroboyoan mendominasi obrolan. Kita ngobrol mulai soal dimana dapat pete di Austin sampai kondisi politik di tanah air. Semua yang kutemui menanyakan kenapa suamiku gak diajak. Aku bilang dia lagi sibuk, maybe next time. Tak terasa, malam tiba. Saat pulang, aku masih dibekali Lily frozen papaya leaves! Lumayan....bisa tak bikin jangan godhong kates..yuum...yuuum..!

Sampai dirumah, aku cerita ke Loel dengan semangat 45 tentang acara tadi dan bagaimana orang-orang menanyakan dirinya. Loel dengan pasang muka sedih bilang, "I thought I was not invited. You didn't ask me to go with you." Ya ampun! Lha aku kira dia yang mau stay home. Aku langsung menghiburnya, "Next time, kita bisa bikin acara pemberkatan rumah dan undang mereka dan kita bikin Indonesian pot luck party lagi. How's that, hun?" Dan dia kembali pasang muka ceria, kaya arek cilik yang baru dikasih permen ha..ha..

Anyway, misa Indonesia pertamaku di Austin sungguh-sungguh berkesan. Acara sesudahnya pun benar-benar membawaku ke masa di saat aku masih di Surabaya dulu. Betapa indahnya making new friends in a new land. Loel teased me, "Kalau sejak dulu kita tahu ada komunitas Indonesia begini, mungkin kamu gak perlu sampai ngamar di hospital." I think he's right! Ha ha..

1 comments:



Unknown said...

cerita yang bagus...perkenalkan saya Rexy dari Surabaya...kebetulan lagi ada course di UT Austin...tanggal 19 November aku balik ke houston...mo nanya kalo restaurant di asutin yang menyediakan menu nasi di mana aja ya ? trus kalo beli souvenir di austin yang murah meriah dimana...banyak yang nitip soalnya...hehe...terima kasih sebelumnya...matur suwun nggih...